Teknik Reportase
Jurnalistik, Materi Diklat Teknik Reportase, Observasi, Reportase, Riset Dokumentasi, Teknik Reportase, Wawancara
Karena banyak yang mencari tentang materi jurnalistik di blog saya, saya jadi semangat untuk menapilkan materi-materi Jurnalistik di sini…
Kali ini, saya mau berbagi materi tentang Teknik Reportase dengan teman-teman… Walaupun di posting sebelumnya (Lebih dekat dengan jurnalistik) saya sudah pernah menampilkan semua materi dasar jurnalistik, tapi di sini saya ingin mengupas lebih dalam tentang Teknik Reportase. Semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman yang sedang mempelajari Jurnalistik atau sedang mencari materi teknik reportase.
* * *
Dalam dunia jurnalistik, reportase adalah salah satu hal yang harus dilakukan seorang reporter untuk mengumpulkan data dan fakta suatu peristiwa untuk penulisan berita.
Setiap peristiwa mengandung 5W+1H
a. What (apa) : Apa peristiwa yang terjadi?
b. Who (siapa) : Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?
c. When (kapan) : Kapan peristiwa itu terjadi?
d. Where (dimana) : Dimana peristiwa itu terjadi?
e. Why (mengapa) : Mengapa peristiwa itu terjadi?
f. How (Bagaimana) : Bagaimana peristiwa itu terjadi?
5W+1H ini merupakan pertanyaan dasar yang harus terjawab dalam sebuah reportase. Data dan fakta dapat dikumpulkan sebanyak-banyaknya dengan mengembangkan 5W+1H tersebut.
Dalam melakukan reportase, ada etika yang harus ditaati oleh reporter, antara lain:
1. Cocer both side. Meliput semua pihak yang terkait, tanpa membedakan.
2. Fairness. tidak memanipulasi fakta.
3. Balance. Keseimbangan dalam pencarian data dan pemberitaan.
4. Mematuhi Kode Etik Jurnalistik.
5. Tidak mempublikasikan identitas atau pernyaat nara sumber jika nara sumber meminta off the record.
Teknik Reportase dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan bentuk reportase dengan cara mengumpulkan data berupa pendapat, pandangan, dan pengamatan seseorang tentang suatu peristiwa.
Dalam melakukan reportase, reporter harus pintar memilah-milah narasumber yang nantinya akan melengkapi bahan penulisan berita. Narasumber dapat dipilah menjadi narasumber primer dan narasumber sekunder. Narasumber primer merupakan narasumber yang memegang peran penting dalam sebuah peristiwa. Narasumber Sekunder berfungsi untuk melengkapi dan mendukung penulisan berita.
Ketika melakukan wawancara, ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan oleh reporter:
a. Identitas dan atribut narasumber
b. Pendapat narasumber terhadap peristiwa
c. Kesan narasumber terhadap peristiwa
Beberapa persiapan yang dilakukan reporter agar wawancara berjalan lancar dan efektif, antara lain:
a. Menguasai tema yang akan ditanyakan kepada narasumber. Jika pengetahuan reporter tentang tema sedikit, maka akan timbul banyak kesulitan saat melakukan wawancara.
b. Siapkan TOR (Term of Reference). Ini penting agar tidak ada permasalahan yang luput ditanyakan kepada narasumber.
c. Membawa alat perekam. Selain berfungsi untuk memudahkan reporter menulis hasil wawancara, alat perekam juga dapat berfungsi sebagai bukti jika sewaktu-waktu narasumber mengelak dan protes terhadap berita yang ditulis.
d. Menghargai narasumber dan membuat janji. Membuat janji dengan narasumber itu penting. Karena ada beberapa narasumber yang enggan melakukan wawancara langsung tanpa membuat janji. Ingat, menjaga hubungan baik dengan narasumber itu sangat penting untuk kemudian hari. Banyak narasumber yang kecewa dan enggan bertemu repoter tertentu.
2. Observasi
Observasi (pengamatan) merupakan teknik reportase dengan cara mengamati baik setting maupun sebuha peristiwa di lapangan. Dengan terjun langsung ke lapangan, reporter akan merasakan langsung peristiwa yang terjadi dilapangan sehingga ia bisa menyampaikan informasi yang valid kepada para pembaca.
3. Riset Dokumentasi
Riset Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan fakta dengan riset melalui buku, internet, dan sumber-sumber dokumentasi data lainnya.
*Dikutip dari materi diklat dasar LPM Ekspresi 2008
Proses Reportase Hingga Menulis
Tema-tema yang dihasilkan rapat redaksi tersebut dijadikan pedoman untuk peliputan.
Dalam proses ini, teknik reportase penting untuk dikuasai. Reportase merupakan bagian terpenting dari pemberitaan. Karena dari sinilah realitas dalam media tersebut diciptakan.
Kita jangan terpaku pada pernyataan institusi resmi tanpa melakukan verifikasi sebelumnya. Memang pernyataan sikap itu penting, tapi untuk menampilkan fakta kepada pembaca, menulis laporan secara akurat, reportase rasanya menjadi wajib. Ingat isitilah yang sangat terkenal dalam kerja wartawan: talking is cheap, reporting is expensive.
Reportase merupakan proses pencarian informasi. Bagi media yang mempunyai etika dalam proses jurnalistik, reportase akan menghindarkan kita pada pengkoveran satu sisi. Tidak cover both side. Untuk itu, reportase juga bermanfaat untuk verifikasi. Mengecek kebenaran yang terjadi.
Reportase atau news gathering meliputi wawancara, observasi lapangan, dan riset dokumentasi. Untuk menghasilkan laporan yang bagus, ketiganya harus dilakukan.
Wawancara. Dilakukan pada narasumber yang tepat. Tidak sekedar yes no question. Menggali informasi atau klarifikativ untuk menghindari libelling. Selain itu wawancara juga bisa bersifat personality, lepas dari konteks berita yang diangkat. Misalnya wawancara tokoh.
Observasi lapangan. Sebagai bumbu dalam laporan, kita perlu melakukan observasi terhadap realitas di lapangan. Kita tidak bakal mengetahui bagaimana kondisi di lapangan jika tidak langsung turun ke lapangan. Kita bakal mengetahui kondisi sesungguhnya. Bagaimana proses pengerukan pasir di Riau, kebakaran di Jakarta, dll.
Riset dokumentasi. Untuk menambah bobot laporan, data-data kuantitaf atau dokumentasi dapat digunakan. Tujuannya menampilkan informasi penguat. Tentu yang berkaitan dengan laporan. Organizing file, coding, dll.
Dalam investigative reporting sangatlah penting untuk melakukan riset reportase. Mulai dari data-data sekunder, hingga pencarian informasi. Sumber informasi laporan investigasi biasanya dibagi menjadi empat, yaitu ;
1. on the record. Semua pernyataan sumber ini boleh langsung dikutip dengan menyertakan nama serta identitas narasumber.
2. On background. Semua pernyataan boleh langsung dikutip, tapi tidak menyebutkan nama atau identitas lain narasumber itu. Jurnalis biasanya melakukan penawaran agar bisa menyebutkan lembaga atau profesinya. Misalnya sumber Tempo di DPR, orang dekat presiden, dll
3. On deep background. Semua pernyataan boleh digunakan, tapi tidak dalam kutipan langsung dan tidak untuk sembarang kutipan. Informasi tersebut hanya untuk jurnalis sendiri, tanpa menyebutkan sumbernya.
4. Off the record. Informasi hanya untuk jurnalis dan tidak dapat disebarluaskan dalam bentuk apa pun. Dan ini tidak dapat ditawar lagi.
Jika proses peliputan dirasa sudah cukup, baru melangkah pada penulisan. Kategori penulisan meliputi informatif dan persuasif.
INFORMATIF dibagi lagi menjadi
1. Berita (news) merupakan jenis tulisan yang menyajikan informasi fakta-fakta aktual. Unsur berita yaitu :
Signifikan atau informasi itu sangat penting untuk diketahui. Misalnya proses amandemen, RUU Keistimewaan DIY, kenaikan harga.
Magnitude informasi itu di luar kebiasaan. Misal, berita tentang pesawat yang menabrak WTC.
Timelines, informasi itu aktual atau up to date untuk sekarang. Misal, perayaan hari Tani.
Proximity, informasi itu dekat secara emosional dengan pembaca. Misal, berita tentang pemilihan kepala daerah.
Prominance, informasi itu menampilkan sosok ayng tenar. Misal, berita tentang proses pengadilan Akbar Tanjung.
Human Interest, informasi itu menyentuh perasaan. Misal, berita tentang kondisi TKI di Nunukan
Dalam kategori ini dibagi menjadi soft news yakni informasi yang menekankan hal yang paling menarik sebagai contoh ’Pernikahan Guruh Soekarnoputra dengan penari dari Uzbekisthan’. Dan straight news, yakni informasi yang menekankan fakta yang penting, sebagai contoh ’proses perumusan RUU Keistimewaan DIY’.
2. Features merupakan karangan khas yang lebih menekankan aspek human interest yang tinggi. Selain itu juga dapat berupa profil seseorang, laporan perjalanan, metode penyampaian tertentu, sejarah. Contohnya tentang kehidupan penambang belerang di kawah Ijen
3. Indepth merupakan laporan yang sifatnya mendalam. Menampilkan banyak sisi dengan satu tema. Secara spesifik jenis laporan ini dinamakan investigasi. Yang karakteristiknya sangat berat. Yakni, mampu mengungkap kebenaran yang selama ini ditutupi, merupakan kebohongan terhadap publik, serta mampu menangkap pelakunya. Sebagai contoh laporan Tempo tentang pembelian eks kapal Jerman tahun 1994.
Dengan mengetahui kategori atau jenis tulisan, kita lebih mudah memasukkan laporan kita dalam klasifikasi tersendiri. Sedang dalam teknik penulisan terdapat perbedaaan yang penting antara penulisan berita dengan feature.
Jika penulisan berita menggunakan teknik penulisan piramida terbalik. Artinya, informasi yang paling penting diletakkan pada awal tulisan. Kemudian informasi penting, dan ’agak tidak penting’ untuk diketahui pembaca. Tujuannya untuk memanjakan pembaca.
Sedang untuk penulisan feature menggunakan piramida yang tidak beraturan. Artinya, informasi penting atau ’tidak’, letaknya tersebar dalam bodi teks secara acak. Tujuannya agar laporan tidak kaku dan membuat penasaran pembaca.
Dalam penulisan laporan indepth tidak jauh dengan feature karena laporan ini biasanya membutuhkan pemaparan situasional sebagai bumbunya.
Kategori penulisan kedua adalah PERSUASIF. Orang bilang opinion article. Meliputi essay, kolom, atau opini. Berisi paparan pribadi tentang suatu kejadian tertentu. Sifatnya ilmiah dan analitik. Bentuk lain berupa , resensi buku, surat pembaca, atau tajuk rencana. Tajuk rencana berisi opini redaksi tentang headline atau peristiwa yang sedang berkembang.
Demikian uraian saya, yang paling penting dalam belajar adalah berani mencoba. Sudah saatnya kita memulainya dari sekarang.
Dikutip dari materi diklat dasar LPM Ekspresi 2008 dan http://himmah.phpzilla.net/joomla/index.php?option=com_content&view=article&id=6:proses-reportase&catid=16:online&Itemid=3
bisa sedikit belajar nih buat reportase ..